Friday, August 29, 2008

Petruk Jadi Ratu

hening mencekam di istana hastina
wajah-wajah tegang dan hawa ketidak-puasan mengawang

rahang sang nata duryudana tampak mengatup keras
alir darah di wajah para adipati dan raja sekutu pun menderas
durna, sangkuni, baladewa, karna, jayadrata, dursasana semua tegang
begitu juga para seratus kurawa

sebuah negara kecil, sonyawibawa, muncul tiba-tiba di sudut negeri astina
warganya semakin meruah dan tapal batas semakin melela
sebuah negeri rakyat yang menyatakan diri berdaulat
berangsur melahap tanah hastina tanpa takut kualat

para nayaka astina sepakat sudah
bahwa sonyawibawa sungguh durhaka
negeri pembelot haruslah musnah
walau harus dibayar dengan segala daya dan nyawa
maka berangkatlah para senapati
menunaikan tugas menghapus aib negeri

di tapal batas terbelalak mata para nayaka dan punggawa
segala taman dan tugu telah berganti kebun jagung dan palawija
kuda tunggang dan peksi indah
bertukar ayam-bebek petelur dan kerbau pembajak sawah
keris beronce berganti dengan garu cangkul sabit
di mana-mana aroma pupuk kandang legit menggigit
candi pemujaan dan segala bangunan menawan
kini berubah fungsi menjadi kandang hewan piaraan

tak tampak lagi keagungan wilayah negeri astina
yang ada hanyalah keluguan sempurna
tak ada lagi warna-warni meriah
hanya ada hijaunya dedaunan diseling warna tanah

lugas, tatas, dan tuntas
lugu, lucu, bercampur dungu

menyerbulah dengan berani para punggawa astina
namun terhalang para senapati sonyawibawa
patih kanekaretna, detya kaladurga,
arya sigargagang, tumenggung ardawalika
yang muncul tanpa terduga

semua nayaka astina tertawan sudah
terikat kuat dihadapkan sang prabu
belgeduwelbeh tongtongsot upelgen
para tawanan tertunduk kelu lesu
menerima aturan sebagai pihak yang kalah

baladewa juru pengangsu jayadrata mantri sawah
karna juru pekatik sangkuni mantri olah-olah

sabda sang prabu belgeduwelbeh tongtongsot upelgen kemudian
weh, lha wong sudah pada bisa mangreh praja
pergilah kalian semua ngrembug negeri sana
aku mau aminum wedang jahe asantap ketan legi
para teledek segeralah bertayub menari
buatlah aku segera kembali tenang
dengan nonton kalian ngigel jaran goyang . . .

dan semburat berlompatanlah para nayaka dan tumenggung
undur pasowanan untuk kembali jengkeng rembugan ngariung
di pinggir sawah berteduhkan dedaunan kebun jagung

mengguntur berita di telinga istana astina
gundah mencekam duryudana durna lesmana aswatama
rasa pakewuh meminta sraya kadang pandawa
namun wibawa praja lebih perlu ditimbang
harus mengalahkan segala rikuh dan bimbang

para pandawa bertindak segera membantu sisa kurawa
bima, arjuna, pancawala, gatotkaca, antareja, abimanyu, irawan, wisanggeni
segera mendampingi durna, duryudana, aswatama, lesmana
sementara kresna durna tut wuri handayani

semar, gareng dan bagong ikut sambil berlenggang jula-juli
di tapal batas para punakawan berhenti
memasang mata dan telinga awas mengamati
mulai mencurigai suasana yang sangat mereka kenali ini
kental aroma seorang yang telah lama tak kembali

ternyata hanya dalam beberapa kejap
narpati dan punggawa astina amarta sudah tersekap

para punakawan tercekat jenggirat
dan segera mengatur siasat

syahdan sang prabu belgeduwelbeh tongtongsot upelgen
mendadak waswas tanpa jelas apa sebabnya
rasa cemas tak hilang jua walau sudah dijamu tujuh pesinden
sang prabu memanggil para mantri jagabaya

wahai para tumenggung kapiten mantri jagabaya semua
ucap sang prabu membelai cincin emas yang melingkar di hidungnya
waspadalah pada tiga makhluk yang tampak konyol jenaka
seorang tua gendut berkucir bukan lelaki bukan wanita
seorang pincang bubulen penyandang cacad riyip mata
dan seorang bermata belok tak becus berkata-kata
jangan sampai mereka bisa menembus istana
cegahlah segala daya pertaruhkan nyawa
karena mereka-lah sumber segala bencana
bagi sang raja sesembahan kalian semua

namun siasat semar gareng bagong terbukti sangat ampuh
rusak binasa semua alarm istana paling mutakhir
gas buang semar membuat semua mantri jagabaya lumpuh
para pesinden penghibur dan juru pengrawit terbirit-birit ngacir
bahkan para tawanan pun mengaduh-aduh
tersambar dahsyatnya serbuan aroma nan sungguh anyir

gareng bagong bermasker ninja datang menyerbu
sang prabu tak sempat mengambil langkah seribu
jatuh tersungkur tersingkap segala pakaian dan baju
tampaklah segala bekas kudis bintil kadas putih panu

semar girang tertawa terkekeh-kekeh
ternyata ini anakku sendiri kiai kantongbolong
mengapa engkau selalu bertindak aneh dan nyeleneh
tak seperti kakangmu gareng dan adimu si bagong ?

duh rama semar yang rembes namun waskita
anakmu hanya ingin merasakan bagaimana enaknya jadi raja
siang malam hanya tayuban dan dahar kembul andrawina
tiap hari tidak pusing memikirkan uang belanja
untuk pembeli beras rokok kopi gula dan minyak kelapa

anakmu ini sehari-hari hanya bekerja keras membanting tulang
namun hasilnya hanya cukup untuk beli beras setengah rantang

mana cukup untuk hidup sebulan ?
cucumu kan juga perlu cukup uang jajan
karena di pamulangan dia cuma diajar caranya tawuran
hanya gara-gara takut disebut tidak setia kawan

- - - - - - - - - - - - - - - - -

sampai di sini sang dhalang kehabisan kata-kata
ternyata penyebab masalahnya adalah perbedaan kesempatan
kini balik sang dhalang bertanya
sudahkah kita semua bersikap adil pada para punakawan
yang ada di sekitar kita

akhir cerita aslinya adalah sebagai berikut
bimasena segera menghantam patih kanekaretna sampai semaput
yang lalu babar berubah menjadi batara narada si perut gendut

sementara arjuna yang juga sudah dibebaskan
segera menyerang detya kaladurga yang masih keheranan
dan babarlah sang detya menjadi batara guru si raja kahyangan

ah, itu semua kan hanya kata pak dalang . . .
yang terpenting adalah apa makna di balik kisah semacam ini
agar kita tidak senantiasa kalah dan terbelakang
cukup sekian sang dhalang nyuwun pamit undur diri


salam,
harmiel m soekardjo
(meminjam istilah dari mbakyu helen pausacker
termasuk dhalang top -- 'tanpa opah purun' :-) :-) :-) )


pertama kali diterbitkan pada tahun 1997
di www.geocities.com/Athens/Delphi/7409/
(lokasi itu dilikuidasi per tanggal 28 oktober 2009)

No comments: